Sejarah Kerajaan Sriwijaya Paling Lengkap

Sejarah Kerajaan Sriwijaya Paling Lengkap

Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap

Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Sudah kita ketahui tentu kalau paling tidak sepanjang 4 ratus tahun, antara abad ketujuh serta kesebelas M, Kerajaan Sriwijaya makmur dari perdagangan Samudera Hindia yang kaya. 

Kerajaan ini tercantum sebagai kingdom yang besar selain dari Kerajaan Majapahit. Mempunyai luas yang sampai terdapat di luar Negeri serta sumber daya alam dan manusia yang unggul.

Sriwijaya memahami Selat Melaka yang utama, antara Semenanjung Malaya serta pulau- pulau di Indonesia, yang dilalui seluruh berbagai benda elegan semacam bumbu, kulit penyu, sutra, perhiasan, kamper, serta kayu tropis. 

Raja-raja Sriwijaya memakai kekayaan mereka, yang diperoleh dari pajak transit atas beberapa barang ini, untuk memperluas daerah kekuasaan mereka sampai ke utara sepanjang apa yang saat ini diucap Thailand serta Kamboja di daratan Asia Tenggara, serta sepanjang timur Kalimantan.

Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya ialah salah satu kerajaan maritim yang kokoh di pulau Sumatera serta banyak mempengaruhi di nusantara dengan daerah yang terbentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, serta Sulawesi. 

Dalam bahasa Sansekerta, kata Sri berarti” bersinar” dan kata wijaya berarti” kejayaan”. Fakta dini keberadaan kerajaan ini dari abad ke- 7; seseorang menteri Tiongkok, I- sing, menulis kalau dia mengunjungi Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671 serta tinggal sepanjang 6 bulan.

Prasasti tertua Kerajaan Sriwijaya selanjutnya merupakan Prasasti Kedukan Bukit diari Palembang, yang ditemukan pada 682 M. Pengaruh Sriwijaya menurun daerah mulai menurun akibat sebagian pertempuran bawahan semacam serbuan dari raja Jawa( 990 M), serta pada 1025 serbuan Koromandel Coladewa Rajendra, 1183 tahun selanjutnya di dasar kendali kerajaan Sriwijaya Dharmasraya. Serta pada akhir periode tersebut, kerajaan tersebut ditundukkan di dasar kerajaan Majapahit.

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan prasasti yang ditemui di dekat Sumatera bagian selatan. Tidak hanya itu, ada pula sebagian prasasti yang ditemui di pulau Jawa, apalagi di luar negara. Prasasti adalah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditulis dengan aksara Palawa di bahasa Sanskerta. Sebagian prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Sebagian prasasti dari Kerajaan Sriwijaya merupakan bagaikan berikut.

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemui di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti Kerajaan Sriwijaya yang satu ini berasal sekitar tahun 683 M. Isinya antara lain menarangkan kalau seorang bernama Dapunta Hyang melaksanakan ekspedisi suci( siddhayatra) dengan memakai perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan pasukan 20. 000 personel. Prasasti Kedukan Bukit ditemui di tepi Sungai Tatang dekat Palembang. Prasasti ini berasal serta apalagi berasal dari tahun 605 Saka yang setara dengan tahun 683 M.

Dikatakan kalau ia berangkat dari Minangtamwan dengan pasukan 20.000 personel. Mungkin“ Minangtamwan” merupakan“ Minanga Tamwan” yang berarti suatu daerah yang terletak di antara 2 sungai besar yang berjumpa. Poerbatjaraka; Soekmono mengatakan kalau Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya di pertemuan sungai Kampar Kanan serta Kampar Kiri. 

Poerbatjaraka pula berkata kalau kata Minangatamwan dapat jadi ialah nama lama orang Minangkabau. Sedangkan itu, Buchari berkomentar Minanga terletak di hulu Batang Kuantan. Penjelasan ini sangat menjelaskan tentang Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Talang Tuo

Dinamakan Prasasti Talang Tuo sebab ditemui di sebelah barat Kota Palembang di wilayah Talang Tuo. Prasasti ini berasal dari tahun 606 Saka ataupun setara dengan tahun 684 M. Prasasti ini merupakan Pallawa namun dalam bahasa Melayu Kuno. 

Isinya mengatakan pembangunan halaman yang diucap Sriksetra, atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayagana, buat kemakmuran seluruh makhluk. Tidak hanya itu, terdapat doa serta harapan yang menampilkan hakikat agama Buddha yang tumbuh pada era Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Telaga Batu

Prasasti tersebut ditemui di telaga Telaga Biru( tidak jauh dari Sabokingking), Kota Palembang. Prasasti ini tidak bertanggal ataupun tahun pembuatannya tidak tertulis. Diperkirakan prasasti ini berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur, ialah dekat tahun 686 M. 

Ini berisi kutukan terhadap siapa juga yang melaksanakan kejahatan serta tidak menjajaki ketentuan Kerajaan ataupun perintah raja. Prasasti ini pula muat informasi menimpa lapisan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemui di Desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka. Bertepatan pada( angka) tahun 608 Saka( 656 M). Coedes( 2014: 65) menebak material batu prasasti ini dihadirkan dari luar, sebab tipe batunya tidak ditemui di Pulau Bangka. 

Isi utama Prasasti Kota Kapur adalaj permohonan kepada para dewa untuk melindungi keutuhan Sriwijaya. Prasasti ini pula berisi kutukan terhadap orang yang berbuat jahat, tidak tunduk kepada raja ataupun tidak menuruti Kerajaan yang hendak dirugikan. Uraian berarti yang lain merupakan terdapat catatan upaya Sriwijaya menaklukkan“ tanah Jawa” yang belum diserahkan kepada Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi ditemukan di sebuah Desa bernama Karang Berahi yang ada di Jambi. Prasasti ini berasal dari tahun 608 Saka ataupun setara dengan tahun 686 M. Isinya kurang lebih mirip dengan Prasasti Kota Kapur serta Prasasti Telaga Biru, ialah kutukan untuk yang tidak tunduk pada Kerajaan Sriwijaya.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya Paling Lengkap
Letak Kerajaan Sriwijaya

Letak Kerajaan Sriwijaya

Dengan basisnya yang kuat di Sumatera, pada abad kedelapan, Kerajaan Sriwijaya tumbuh jadi Jawa serta Semenanjung Malaya, memberinya kendali atas Selat Melaka serta keahlian buat menggunakan bayaran pada Jalan Sutra maritim Samudra Hindia. Bagaikan titik penghambat antara kerajaan kaya Tiongkok serta India, Sriwijaya sanggup mengumpulkan kekayaan yang lumayan besar serta lebih banyak tanah. Pada abad ke- 12, jangkauannya meluas sampai ke timur Filipina.

Kekayaan Sriwijaya menunjang komunitas biksu Buddha yang luas, yang mempunyai kontak dengan sesama penganut agama di Sri Lanka serta daratan India. Ibukota Sriwijaya jadi pusat pendidikan serta pemikiran Buddhis yang berarti. Pengaruh ini meluas ke kerajaan- kerajaan kecil di dalam orbit Sriwijaya, pula, semacam raja- raja Saliendra di Jawa Tengah, yang memerintahkan pembangunan Borobudur, salah satu contoh bangunan monumental Buddha terbanyak serta termegah di dunia. 

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Sojomerto abad ke- 7 mengatakan kalau keluarga Siwa berbahasa Melayu Kuno yang dipandu oleh Dapunta Selendra sudah menetap di wilayah Batang di tepi laut utara Jawa Tengah. Ia bisa jadi nenek moyang dari keluarga Sailendra. Pada dini abad ke- 8, suatu keluarga Buddha mempengaruhi yang terpaut dengan Sriwijaya mendominasi Jawa Tengah. Keluarganya merupakan Sailendras, yang berasal dari Jawa. Silsilah penguasa Kerajaan Sriwijaya menikah dengan Sailendras Jawa Tengah.

Penaklukan Semenanjung Malaya

Pada abad yang sama, Langkasuka di Semenanjung Malaya jadi bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Lekas sehabis itu, Pan Pan serta Tambralinga, sebelah utara Langkasuka, terletak di dasar pengaruh Sriwijaya. Kerajaan di semenanjung ini merupakan negeri perdagangan utama yang mengangkat benda melintasi tanah genting semenanjung. Prasasti Ligor di Vat Sema Muang berkata kalau Maharaja Dharmasetu dari Sriwijaya memerintahkan pembangunan 3 tempat suci yang didedikasikan buat Bodhisattva Padmapani, Vajrapani, serta Buddha di Semenanjung Malaya bagian utara.
Prasasti tersebut lebih lanjut melaporkan kalau Dharmasetu merupakan kepala Syair Jawa. Ini merupakan contoh ikatan awal yang dikenal antara Sriwijaya serta Sailendra. Dengan perluasan ke Jawa serta Semenanjung Malaya, Kerajaan Sriwijaya memahami 2 titik perdagangan utama di Asia Tenggara: Selat Malaka serta Selat Sunda.
Sebagian reruntuhan kuil Sriwijaya bisa diamati di Thailand serta Kamboja.
Pada sesuatu titik di akhir abad ke- 7, pelabuhan Cham di Indocina timur mulai menarik orang dagang. Buat menghentikan ini, Maharaja Dharmasetu melancarkan penggerebekan terhadap kota- kota pesisir Indocina.
Kota Indrapura oleh Sungai Mekong buat sedangkan dipahami dari Palembang pada dini abad ke- 8. Sriwijaya terus mendominasi wilayah dekat Kamboja dikala ini hingga Khmer Raja Jayawarman II, pendiri dinasti Kerajaan Khmer, memutuskan ikatan Kerajaan Sriwijaya di setelah itu hari pada abad yang sama.
Pada tahun 851 seseorang saudagar Arab bernama Sulaiman merekam suatu kejadian tentang Sailendras Jawa yang melancarkan serbuan tiba- tiba terhadap Khmer dengan mendekati bunda kota dari sungai, sehabis laut menyeberang dari Jawa. Raja muda Khmer setelah itu dihukum oleh Maharaja, serta setelah itu kerajaan tersebut jadi pengikut dinasti Syailendra.
Pada 916 M, kerajaan Jawa menyerbu Kerajaan Khmer, memakai 1000 kapal” berdimensi lagi”, yang menciptakan dalam kemenangan Jawa. Kepala raja Khmer setelah itu dibawa ke Jawa.: 187–189 sehingga tidak lagi terletak di Kerajaan Sriwijaya.

Silsilah Kerajaan Sriwijaya

Salah satu metode buat memperluas pengaruh kerajaan merupakan dengan melakukan perkawinan dengan kerajaan lain. Dapunta Hyang berkuasa semenjak 664 M, menikah dengan Sobakancana, gadis kedua raja Kerajaan Tarumanegara, Linggawarman. Perkawinan ini melahirkan putra yang akan menjadi raja Kerajaan Sriwijaya setelahnya. Dharma Setu setelah itu mempunyai seseorang anak yang bernama Dewi “Tara”. Gadis ini setelah itu dinikahkan dengan Samaratungga, yaitu raja Kerajaan dari Mataram Kuno. Perkawinan antara Dewi Setu dengan Samaratungga, melahirkan Bala Putra Dewa yang jadi raja di Sriwijaya selanjutnya.