Biografi Nyi Ageng Serang– Indonesia memiliki banyak sekali pahlawan Nasional dari kalangan kaum hawa, secara tidak langsung hal tersebut membuktikan bahwa isu feminimisme atau kesetaraan gender sudah di terapkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia jauh sebelum Revolusi Prancis yang membawa isu Feminimisme terjadi.
Biografi Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang lahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi. Nyi Ageng Serang sebagai putri dari Pangeran Natapraja yang menguasai daerah terasing dari kerajaan Mataram persisnya di Serang yang saat ini daerah tepian Grobogan-Sragen, Jawa tengah yang juga sebagai Panglima Perang Sultan Hamengkeu Buwono I.
Nyi Ageng Serang ialah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang terlahir di Serang (berada 40 km samping utara Solo), Purwodadi, Jawa tengah di tahun 1752 dan wafat di Yogyakarta di tahun 1828.
Nyi Ageng sebagai salah satu turunan dari Sunan Kalijaga, artinya Nyai Ageng mempunyai silsilah sampai ke salah satu Wali Songo. Disamping itu, dia memiliki seorang cucu yang nantinya akan menjadi seorang pahlawan, yaitu R.M. Soewardi Surjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara.
Menyimpang dari tradisi rutinitas yang kuat, Nyi Ageng Serang yang disebut seorang wanita yang rajin ikuti latihan-latihan kemiliteran dan strategi perang bersama-bersama dengan beberapa prajurit pria. Dia juga kerap ikut ayahnya turun ke medan perang untuk melawan penjajah. Sampai, setelah ayahnya meninggal dunia, dia selanjutnya diangkat mengambil alih posisi si ayahnya sebagai penguasa Serang. Lantas dia diberi gelar Nyi Ageng Serang.
Dalam periode kepimpinannya, banyak rakyatnya kelaparan dan mengalami penderitaan karena ulah dari penjajah Belanda. Dia selalu menolong penderitaan rakyatnya dengan membagi – bagikan pangan. Disamping itu, dia melakukan perlawanan fisik untuk menyingkirkan pasukan Belanda dari tanah kelahirannya itu.
Saat Perang Diponegoro meledak di tahun 1825, Nyi Ageng Serang bersama pasukan yang setia pada ayahnya turut berperang bersama Pangeran Diponegoro dan menantunya Raden Mas (R.M.) Pak -Pak. Karena umurnya yang sangat tua, 73 tahun, Nyi Ageng memimpin pasukannya di atas tandu. Pada akhirnya, sesudah 3 tahun ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro, Nyi Ageng Serang tidak kuat kembali menantang penjajah karena kemampuan fisiknya tidak mencukupi. Dia juga mundur dari peperangan dan pasukan yang dia memimpin diambil pindah oleh Raden Mas Pak-Pak.
Di tahun 1828, Nyi Ageng Serang mengembuskan napas terakhir kalinya dalam umur 76 tahun. Dia meninggalkan Serang sebagai wilayah merdeka. Atas jasa-jasanya pada negara, Nyi Ageng Serang selanjutnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasar SK Presiden RI No.084/TK/1974.
Nyi Ageng Serang pahlawan nasional yang nyaris terlewatkan,karena mungkin namanya tidak setenar R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien tetapi beliau benar-benar berjasa untuk negeri ini.Masyarakat Kulon Progo mendokumentasikan monumen beliau di tengah-tengah kota Wates berbentuk patung beliau sedang naiki kuda dengan gagah berani bawa tombak.