K.H Tb Ahmad Khatib Al-Bantani |
K.H Tb Ahmad Khatib adalah salah satu tokoh penting di Banten dimasa sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.
Kabarnya Dinsos Serang Kota sedang mengajukan permohonan pengangkatan Pahlawan Nasional terhadap K.H Tb Ahmad Khatib. Lalu bagai mana sejarahnya? Berikut ini penjelasan lengkap
Biografi dan Sejarah Perjalanan
K.H.Tb Akhmad Khatib lahir tahun 1895 di Kampung Gayam, Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari, Pandeglang, tahun 1895. Beliau lahir dari ayah seorang ulama karismatik di Pandeglang. Pendidikan agama beliau di tempuh di Pondok Pesantren K.H Asnawi caringin.
K.H Tb Ahmad Khatib menikah pada tahun 1912 dengan putri K.H. Asnawi , bersama istrinya ia menunaikan ibadah haji ke Mekah kemudian selama di Makkah dalam kurun waktu tiga tahun beliau beserta istrinya menetap untuk belajar agama Islam di Makkah.
Kemudian K.H Tb Ahmad Khatib Kembali dari ketanah air pada tahun 1916, beliau mengajar agama di pesantren milik mertuanya yaitu Syaikh Asnawi Caringin, kemudian beliau menjadi anggota Serikat Islam (SI) pada tahun 1917 menjabat sebagai Ketua SI Labuan. Karena aktivitasnya yang membahayakan pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian pada tanggal 23 Oktober 1926, sebelum pemberontakan PKI pecah, ia ditangkap kemudian dibuang di Boven Digul. Kemudian pada tahun 1930 K.H Tb Ahmad Khatib kembali lagi ke Caringin, namun beliau diawasi oleh Pemerintahan Belanda. Ketika Jepang membentuk tentara Peta ia menduduki jabatan sebagai Daidancho Peta di Labuan.
Menjadi Residen Banten
Setelah Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 2 September 1945 ia diangkat sebagai Residen Banten oleh Presiden Soekarno atas usulan dari para tokoh di Banten seperti K.H Syam’un Zulkarnain Surya Kartalegawa, dan lain-lain, mereka mengadakan pertemuan dan sepakat mengusulkan K.H Tb Ahmad Khatib untuk menjadi Residen Banten.
Sementara untuk urusan pemerintahan Banten diserahkan kepada K.H Tb. Ahmad Khatib sedangkan untuk urusan militer diserahkan kepada K.H Syam’un yang mendirikan BKR atau Badan Keamanan Rakyat Banten.
Baca juga : Sejarah K.H Syam’un, Biografi dan Perlawananya
Dalam masa awal kepemimpinan K.H Tb Ahmad Khatib menuai penolakan keras dari komunis atau kaum sosialis di Pandeglang yang dipimpin oleh Ce Mamat dan berujung Pemberontakan, pemberontakan ini terjadi karena K.H Tb.
Ahmad Khatib menunjuk beberapa pejabat seperti bupati Serang, Lebak, dan Pandeglang, yang merupakan orang-orang yang pernah menjadi pejabat dimasa kedukkan Jepang, hak ini membuat kaum sosialis menentang keras Kursi Jabatan didaerah Banten dipegang oleh orang-orang bekas pejabat dari zaman kedudukan Jepang tersebut, sehingga terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh Ce Mamat.
Didalam pemberontakan tersebut salah satu yang menjadi korban adalah bupati Lebak yaitu Raden Hardiwinangun, tetapi tidak lama pemberontakan tersebut berhasil ditumpas oleh BKR yang dipimpin langsung oleh K.H Syam’un.
Bergabungnya K.H Tb Ahmad Khatib dengan Tentara Rakyat
Dalam agresi militer Belanda I Banten dibuat porak-poranda, sehingga membuat K.H Tb Ahmad Khatib melarikan diri ke hutan-hutan di Pandeglang, melancarkan serangan Gerilya bersama K.H Syam’un.
Sepeninggal K.H Syam’un, K.H Tb Ahmad Khatib berjuang sendiri hingga pada akhirnya dia bertemu dengan Laskar Bambu Runcing Pimpinan Khaerul Saleh di Cibaliung, beliau bergabung dan bersama-sama membentuk Tentara Rakyat sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda dan Kemerdekaan Diplomatik ala Soekarno dan Sutan Syahrir.
Baca Juga : Jejak Keganasan Laskar Bambu Runcing Di Banten Selatan
K.H Tb Ahmad Khatib menduduki jabatanya sebagai Pimpinan Umum Central Komando Harian ”Tentara Rakyat”, Dalam masa jabatanya sebagai Central Komando Harian ”Tentara Rakyat” ia mengeluarkan dua maklumat dan sebuah program perjuangan. Maklumat pertama dikeluarkan tanggal 11 Oktober 1949, yang isinya sebagai berikut :
- Tentara Rakyat adalah angkatan senjata baru di daerah Banten
- Tentara Rakyat bertujuan untuk mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip proklamasi kemerdekaan.
Maklumat kedua dikeluarkan tanggal 13 Oktober 1949, Maklumat tersebut isinya menyatakan sebagai berikut :
- Tentara Rakyat tetap memerangi Belanda dan pembantu-pembantunya
- Seluruh lapisan masyarakat dimohon tetap tenang dan terus bekerja
- Barang siapa yang mengacau, atau melakukan provokasi sehingga membuat masyarakat gelisah akan dihukum seberat-beratnya
- Seluruh peraturan TNI di daerah Banten tidak berlaku dan dihapuskan
- Seluruh masyarakat, oara pemuda, harus terus berorganisasi dalam rangka melanjutkan dan meneruskan perlawanan terhadap Belanda dan merebut kembali kemerdekaan
Akhir perjalanan K.H Tb Ahmad Khatib
K.H. Akhmad Khatib yang merupakan Pejabat di Tentara Rakyat ikut menyetujui dan menandatangani ”proklamasi” dan maklumat-maklumat ”Tentara Rakyat” tertangkap disaat operasi penumpasan Tentara Rakyat di Banten Selatan oleh TNI kemudian ditahan dan dibawa ke markas Brigade Tirtayasa di Kadukacang, Cibaliung.
Setelah pemanggilan tersebut, K.H Tb Ahmad Khatib tidak lagi menjabat sebagai residen Banten, melainkan tenaganya diperbantukan pada Gubernur Jawa Barat Sewaka. K.H Tb Ahmad Khatib kemudian dibawa ke Yogyakarta, kemudian pada Tahun 1950 ia dibebaskan tetapi tahun berikutnya ditangkap lagi dan dipenjarakan di Bandung selama empat bulan.
Nah itulah Sejarah singkat K.H Tb Ahmad Khatib, jangan lupa share dan terimakasih sudah mengunjungi blog ini