Apakah kalian pernah berpikir bagaimana metode pengobatan di zaman kerajaan kuno di Indonesia?, pasti gak kebayang kan bagaimana para tabib atau dokter di zaman itu menyembuhkan para pasiennya.
Sebenarnya terdapat berbagai sumber yang menceritakan proses metode pengobatan yang dipakai para tabib dizaman dahulu khususnya dizaman Majapahit, seperti apa cara yang dipakai, maka kita akan membahasnya sedetail dan sejelas mungkin.
Metode Pengobatan Didalam Prasasti Sankara
Menurut Boechari yang meneliti Prasasti Sankara, prasasti tersebut menceritakan mengenai Raja Sanjaya yang menderita Sakit panas dalam waktu yang cukup lama, Raja Sanjaya merasakan lemas, dan kehabisan tenaga, tidak ada tabib istana yang dapat mengobati sakitnya tersebut.
Setiap harinya selama sakit Raja Sanjaya dirundung kesedihan dan penderitaan, selama delapan hari hingga akhirnya sang raja tak mampu menahan lagi sakitnya, dan beliau pun wafat.
Setelah Raja Sanjaya wafat maka ia digantikan oleh anaknya yang bernama Sankara, namun Sankara mengalami nasib yang sama dengan mendiang ayahnya, Sankara jatuh sakit dan kerap kali tidak sadarkan diri atau pingsan.
Baca Juga :
Tidak disebutkan Sankara mengalami sakit apa, yang jelas penyakitnya tersebut tidak bisa disembuhkan oleh para Tabib istana dan para guru Istana, selama Raja Sanjaya mengalami sakit dan para tabib dan guru istana tidak bisa menyembuhkan penyakit Raja Sanjaya, maka anaknya Sankara sudah tidak mempercayai para tabib dan guru istana, ia menganggap mereka tidak becus dalam bekerja.
Disebutkan didalam prasasti bahwa, Sankara telah memiliki janji kepada mendiang ayahnya, dan ia juga memiliki rasa takut terhadap guru ayahnya, Sankara pun memutuskan untuk meninggalkan pengabdiannya terhadap Dewa Siwa, dan memutuskan untuk menganuti ajaran Buddha dan menjadi seorang Buddha Mahayana.
Itulah penafsiran Prasasti Sankara menurut Boechari, menurutnya prasasti ini kemungkinan besar berasal dari abad 8 pertengahan, yang pada intinya menceritakan raja Sanjaya yang meninggal akibat sakit panas yang tidak bisa disembuhkan.
Metode Pengobatan Didalam Relief Karmawibhangga
Relief Karmawibhangga merupakan salah satu relief yang terdapat didalam Kaki Candi Borobudur, Relief ini menceritakan metode penyembuhan yang dilakukan para tabib dizaman dahulu.
Salah satu Relief, menggambarkan ada seorang laki-laki yang mengalami sakit cukup parah, bahkan sampai banyak orang yang mencoba menyembuhkan penyakitnya tersebut, diantara beberapa orang tersebut terlihat ada salah seorang yang memegang kepala, lengan dan kaki si laki-laki tersebut, seolah-olah seperti orang yang sedang memijat, sementara orang-orang yang menyaksikan kejadian itu seolah tampak sedang bersedih.
Kemudian di panil lain juga menggambarkan seorang laki-laki yang sedang ditangani oleh para Tabib, didalam panil ini seorang laki-laki tersebut di sedang dipijak kepalanya, dan bagian perut dan dada sedang digosokkan sesuatu, kemudian tampak seorang wanita yang memegang sebuah wadah yang kemungkinan besar berisi ramuan yang dijadikan obat untuk laki-laki tersebut.
Baca Juga :
Di Panil ketiga, terdapat dua laki-laki yang seolah-olah mengalami sakit kepala dan sedang dipijak sebagai proses pengobatannya, kemudian terdapat laki-laki lainya yang sedang sakit dan dirawat oleh seorang wanita yang tampak sedang memegangi lengan laki-laki tersebut.
Nah itulah metode atau cara para tabib zaman kerajaan mengobati para pasiennya, dari relief tersebut kita dapat mengetahui bahwa para tabib mengobati pasiennya dengan memijat dan memberikan ramuan sebagai obatnya.
Metode Pengobatan Didalam Prasasti Wiharu II
Didalam Prasasti Wiharu II menceritakan teedapat banyak orang yang meninggal akibat mengalami sakit perut yang luar biasa dan menyebabkan perutnya tersebut membengkak, penyakit semacam ini disebut Matya Busunga, selain penyakit ini terdapat pula penyakit ayan yang disebut Penyakit Ayana.
Sebenarnya didalam prasasti ini tidak disebutkan bagai mana metode pengobatan bagi orang-orang yang mengalami penyakit yang telah disebutkan tadi, namun dari prasasti tersebut kita mendapatkan informasi bahwa orang Jawa Kuno ketika mengalami sakit mereka mendatangi orang-orang yang berprofesi sebagai tenaga medis dizaman itu.
Terdapat berbagai macam sebutan bagi tenaga medis dizaman dahulu, seperti yang terdapat dizaman Majapahit, masyarakat menyebut para media dengan sebutan Tuha Nambi yang berarti tukang obat, Walyan yang berarti Tabib, Kdi yang berarti dukun wanita.
Tuha Nambi juga tercatat didalam prasasti Sidoteka dan prasasti Balawi, Didalam prasasti Sidoteka ini Juga menyebutkan profesi Wli Tamba yang memiliki arti seorang yang dapat mengobati penyakit. Kemudian istilah para medis juga terdapat didalam prasasti Bendosari, yang menyebutnya dengan sebutan Janggan.
Metode Pengobatan Dizaman Majapahit
Terdapat tiga cara pengobatan dizaman Majapahit yang dapat kita ketahui berdasarkan sumbernya masing-masing, berikut ini metode pengobatan tersebut :
Padaddah atau Pemijatan
Ada kemungkinan besar pengobatan yang dilakukan para Tabib dizaman Majapahit, salah satunya adalah dengan proses pemijatan, cara pengobatan dizaman majapahit ini disebut Padaddah, seperti halnya yang terdapat didalam Prasasti Biluluk dari zaman Hayam Wuruk raja Majapahit, diprasasti tersebut dikatakan bahwa sang raja Hayam Wuruk membebaskan pajak terhadap orang-orang yang berprofesi sebagai tukang pijit.
Obat-obatan Herbal
Selain Padaddah, terdapat metode pengobatan dizaman Majapahit lainya yaitu, yaitu dengan meminum jamu-jamuan, jamu ini dijual bebas dipasar dan bahkan tidak ada pajak bagi seorang yang menjual jamu dizaman Hayam Wuruk, seperti yang tercatat di Prasasti Biluluk, para penjual jamu dikenal dengan nama Acaraki.
Baca Juga :
Biasanya orang-orang Jawa kuno memakai tumbuhan alami dalam meracik jamu sebagai obat herbal, menurut Riboet Darmosoetoppo mengatakan jika masyarakat Jawa kuno menggunakan buah Maja, buah Jana, buah Jujube, buah Pulai, dan Buah Mengkudu sebagai bahan baku pembuatan jamu sebagai obat, bahkan selain dibuat jamu ada juga obat yang bentuknya seperti bedak.
Metode Pembedahan
Didalam catatan Pararaton diceritakan secara singkat, bahwa seorang raja bernama Jayanegara mengalami sakit yang membuatnya menderita, penyakit raja itu di tafsirkan sebagai tumor oleh seorang Sejarawan dari Kanada bernama Earl Drake didalam tulisannya yang berjudul Gayatri Rajapatni.
Kemudian seorang Tanca yang merupakan sebutan bagi seorang yang berprofesi sebagai tenaga medis dizaman itu, mencoba untuk mengobati sang raja, Tanca pun diantar memasuki kamar raja, proses pengobatan yang dilakukan Tanca terhadap raja dengan cara melakukan pembedahan, proses ini terjadi beberapa kali karena mengalami kegagalan namun pada akhirnya pembedahan tersebut berhasil dilakukan.
Nah itulah beberapa metode atau cara pengobatan dizaman kerajaan dahulu di Indonesia, namun perlu diingatkan, bahwa profesi sebagai tabib atau tenaga medis dizaman dahulu tidak sembarangan ada aturan yang mengatur hal-hal seperti itu.
Salah satu contoh terdapat didalam kitab agama yang mengatur para tabib atau tenaga medis harus memiliki kemampuan mengobati dan pengetahuan mengenai obat-obatan herbal, jika ada orang tampak keahlian yang disebutkan tadi dan hanya memiliki mantra-mantra padahal tidak mengetahui soal penyakit, dan pengebotannya itu hanya mengharapkan imbalan saja maka orang tersebut akan dianggap sama seperti pencuri dan akan diberikan hukuman yang cukup berat baginya.
Adapun hukuman yang diberlakukan untuk para tabib atau tenaga medis gadungan menurut hukum yang diterapkan kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut:
- Jika dokter gadungan mengobati hewan dan hewan tersebut mati maka sidokter gadungan tersebut akan didenda sebanyak 4×3 atak
- Jika dokter gadungan mengobati manusia dan tidak sembuh bahlam sampai mati, maka ia akan didenda selaksa
- Jika dokter gadungan mengobati seorang brahmana kemudian berahmana tersebut mati, maka si dokter gadungan itu akan diberikan hukuman mati oleh sang raja
Mungkin itu yang dapat saya sampaikan, terima kasih sudah mengunjungi blog ini dan maaf jika ada kesalahan.