Mohammad Roem
Mohammad Roem adalah salah satu Tokoh Sumpah Pemuda yang cukup populer, karena keahlianya sebagai diplomat yang sangat handal dan terlibat didalam berbagai perundingan dimasa-masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Peran Mohammad Roem yang paling terkenal sampai sekarang adalah jasanya sebagai negosiator dalam perundingan Roem-Royen (1949) yang melibatkan Indonesia – Belanda serta memimpin perang Revolusi.
Setelah sebelumnya kita membahas tentang Kartosoewirjo maka kali ini masih tentang pembahasan tokoh Sumpah Pemuda yakni Biodata Roem.
Biografi Muhammad Roem
Mohammad Roem dilahirkan di Parakan Temanggung, Jawa Timur 16 Mei 1908, ayahnya bernama Dzulkarnaen Djojosasmito dan ibundanya adalah Siti Tarbijah, saat masih kec ia pindah ke Pekalongan, karena pada saat itu ada wabah penyakit menular, seperti Kolera dan Influenza.
Pada tahun 1915 dia bersekolah di Volksschool dan kemudian dilanjutkan ke Hollandsch Inlandsche School sampai lulus tahun 1924. lalu dia mendapatkan beasiswa ke School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) setelah lolos pemeriksaan pemerintah.
Tiga tahun kemudian dia lulus ujian tahap pendahuluan dan dikirim ke Algemene Middelbare School (ASM) sampai selesai pada tahun 1930.
Lalu mencoba untuk masuk Perguruan Tinggi Kedokteran namun tidak lolos tes masuk, dan akhirnya masik ke Rechtshoogeschool, Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) yang sekarang menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, sampai mendapatkan gelar Meester in de Rechten pada tahun 1939.
Peran Mohammad Roem
Muhammad Roem selama masa Kebangkitan Nasional Indonesia dia aktif diberbagai organisasi kepemudaan seperti Jong Islamieten, tahun 1924, dan SI (Sarekat Islam) pada 1925.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia dia berperan sebagai seorang perwakilan delegasi Indonesia di perundingan Linggarjati tahun 1946 dan Renville (1945). bahkan tahun 1949 dia memimpin diplopat di perjanjian Roem-Royen yang berisi bahasan batas Indonesia dan Hindia Belanda pada tanggal 7 Mei 1949.
Kemudian diangkat sebagai menteri dalam negeri di Kabinet Syahrir III, Menteri Luar negeri pada kabinet Natsir, menteri dalam negeri lagi selama masa kabinet Wilopo dan terakhir menjadi wakil Perdana Menteri di Kabinet Ali Sastroamidjojo II.
Untuk menghentikan pertempuran antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada agresi Militer Belanda I, karena itu pada 14 April 1949 diadakan pertemuan di Hotel Des Indes, Jakarta. Point utama lain dari perundingan yang ditandatangani pada 7 Mei 1949 itu ialah akan diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar, dan pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Belanda diwakilkan oleh bekas Menteri Luar Negeri, Jan Herman van Roijen. Sementara Indonesia diwakilkan bekas Menteri Dalam Negeri, Mohamad Roem. Karena itu nama perundingan ini yakni Perjanjian Roem-Royen. Nantinya pristiwa pertemuan ini menjadi materi pelajaran Sejarah di Sekolah.
Roem bukan orang baru dalam gerakan nasional. Waktu muda dia aktif dalam organisasi Jong Java dan Jong Islamieten Bond. Saat sekolah, dia aktif di Kepanduan. Sesudah lulus dari SMA di umur 22 tahun, Roem mengikut ujian masuk sekolah kedokteran di Geneeskundig Hogeschool Jakarta, tetapi tidak berhasil.