Sugondo Joyopuspito
Sugondo Djojopuspito – Masih tentang pembahasan Biografi Tokoh Sumpah Pemuda yang berjumlah 13 orang, nama ini mungkin kurang begitu dikenal padahal jasanya pada bangsa ini cukup besar.
Setelah sebelumnya kita membahas Biografi Amir Syarifudin, bagi yang belum membacanya silahkan membacanya terlebih dahulu baru dilanjutkan lagi ke bahasan Sugondo Joyopuspito.
Berdasarkan hasil riset dari berbagai sumber internet kami telah merangkumnya untuk disajikan kepada anda, secara umum isi artikel ini selain untuk pembelajaran sejarah juga bermanfaat untuk kalian yang sedang mencari jawaban soal disekolah.
Biografi Sugondo Joyopuspito
Sugondo Joyopuspito lahir pada tanggal 22 Februari 1904 di Tuban, Jawa Timur, Ayahnya bernama Kromosardjono berprofesi sebagai seorang mantri Juru tulis desa sekaligus seorang penghulu di sana (Kota Tuban, Jawa Timur).
Diumurnya yang masih kecil, ibu beliau mengalami sakit parah sampai akhirnya meninggal dunia, lalu sang bapak memilih menikah lagi dan pindah ke Brebes sampai menjadi lurah disana.
Keluarga Sugondo Joyopuspito
- Suwarsih Djojopuspito, (lahir 1912-1977), isteri Sugondo, dia adalah seorang wanita penulis novel dalam 3 bahasa (Sunda, Belanda, Indonesia)
- Sunartini Djanan Chudori, SH (almarhum, 1935-1996), anak pertama, aktivis LBH Yogyakarta
- Sunarindrati Tjahyono, SH, (22 Februari 1937, tanggal kelahiran sama dengan bapaknya), anak kedua, pensiunan Bank Indonesia, sekarang bekerja sebagai Direktur Bank Mizuho Jakarta
- Ir. Sunaryo Joyopuspito, M.Eng. (lhr 1939), anak ketiga, pensiunan Departemen Perhubungan, sekarang guru musik di Jakarta (piano dan biola)
Pendidikan Sugondo Djodjopuspito
Sugondo Djojopuspito pertama kali megenyam pendidikan pada tahun 1911-1918 di sekolah HIS (Setara dengan sekolah dasar) kota Tuban pada usianya yang ke 7 tahun. kemudian dia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setara dengan Sekolah menengah Pertama) saat ia pindah ke Surabaya.
Selama berada di Surabaya Sugondo memilih indekost dirumah H.O.S Cokroaminoto, setelah 3 tahun kemudian dia lanjut sekolah di AMS (Setara sekolah menengah Atas) sampai lulus pada tahun 1925, dan meneruskan ke RHS(Rechts Hooge School) sekolah hukum di Batavia (Jakarta) yang sekarang berubah menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Selama ia menjadi mahasiswa Sugondo mengalami kesulitan ekonomi, bahkan dia hanya sayu baju untuk dipakai saat pergi kuliah, setiap hendak ke kampus terlebih dahulu ia mencuci baju satu-satunya itu sampai lulus tingkat P(Propadeus/ sekarang D2).
Peran Sugondo Joyopuspito Dalam Sumpah Pemuda
Pertama kali Sugondo Joyopuspito ikut sebuah organisasi adalah di PPI atau persatuan Pemuda Indonesia (diluar Jong Java). Dalam Kongres Pemuda I beliau hadir didalamnya namun belum memiliki peran aktif waktu itu.
Ketika diadakanya Kongres Pemuda II pada tahun 1928, Sugondo Djodjopuspito terpilih menjadi ketua diacara tersebut atas persetujuan Drs. Mohammad Hatta, beliau terpilih karena bersal dari organisasi PPI yakni sebuah wadah bagi para pemuda independen bergerak atas dasar hati nuraninya.
Pada waktu itu saingan Sugondo adalah Moh. Yamin yang juga menjadi kandidat calon ketua kongres (perwakilan dari Jong Sumatra) namun akhinya Yamin menjadi Sekretaris, jabatan ini cocok denganya yang berlatar belakang seorang pemuda mahir berbahasa atau sebagai sastrawan.
Konggres Pemuda 1928 berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta dan melahirkan Sumpah Pemuda 1928 yang populer itu, di mana Para Pemuda perwakilan dari berbagai daerah sepakat dengan Trilogi: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia.
Selain itu didalam kongres ini disepakati bahwa lagu ciptaan Wage Rudolf Soepratman dijadikan sebagai Lagu Kebangsaan. setelah sebelumnya Supratman meminta ijin kepada Soegondo Djodjopuspito untuk diijinkan menyanyi kan lagu ciptaanya di acara pembukaan Kongres Pemuda.
Perjuangan Sugondo Djodjopuspito
Wafatnya Sugondo Joyopuspito
Sugondo Joyopuspito pada tahun 1950 di usianya yang ke 46 tahun memilih pensiun dari dunia politik dan menghabiskan waktu nya untuk membaca buku dan berdiskusi dengan rekan seperjuanganya didalam maupun diluar negeri.
Bahkan Presiden Soekarno pernah mengundangnya datang ke istana dan ditawari jabatan, namun itu semua di tolak oleh Sugondo. Dia lebih banyak berada dirumahnya sampai pada tahun 1978 ajal menjemputnya.
Sugondo wafat pada usia nya yang ke 74 tahun dan di makamkan di Pemakaman Keluarga Besar Tamansiswa Taman Wijayabrata Celeban, Umbulharjo, Yogyakarta.
Sampai sudah kita kepembahasan terakhir mengenai Sugondo Joyopuspito, mudah-mudah bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, dan membantu menjawab tugas-tugas sekolah